Angka oktan bukan kata kiriman dari bangsa setan, dedemit atau roh gentayangan. Tapi, menyatakan kandungan molekul iso-oktan yang terdapat pada bahan bakar bensin.
Secara garis besar, bensin dihuni iso-oktan dengan normal-heptan dan disebut PFR (Primary Reference Fuel). Iso-oktan bersifat tahan digebuk kompresi. Mampu mencegah preignition yang mengakibatkan detonasi dan ngelitik.
Sedangkan normal-heptan punya karakteristik kebalikan, gampang terbakar dengan sendirinya sebelum api busi meletik. “Makin tinggi kandungan oktan berarti mutunya bagus,” ucap Ir. Anton L. Wartawan, peneliti Lemigas.
Nilai oktan tiap jenis bensin berbeda-beda. Super TT punya oktan 98, premix 93 dan premium 88. Penentuan angka oktan, dilakukan oleh 2 lembaga di Amerika. “Namanya Research Octane Number (RON) dan Motor Octane Number (MON),” terang Anton yang juga mengajar di Jurusan Mesin Universitas Trisakti. Angka ini didapat dari pengujian pada mesin disebut CFR (Coorporative Fuel Research).
Mesin 1 silinder berkapasitas 612 cc dengan diameter 82,5 mm dan langkah (stroke) 114,3 mm. Tingkat kompresi bisa diatur naik-turun. RON melakukan penelitian pada mesin dengan putaran 600 rpm dan suhu udara luar 125° F (51,6° C). Sedangkan MON melakukan pada putaran 900 rpm pada suhu 100° F (37,8° C). Bahan bakar yang digunakan sembarang. Bebas. Kepala silinder diturunkan atau volume ruang bakar dikecilkan. Berarti kompresi naik, sehingga timbul detonasi. Penurunan kepala silinder diberi skala atau ukuran, yang dikonversi ke persen sesuai dengan jumlah ketukan yang terjadi. Tingkat kompresi dan jumlah detonasi terakhir, dicarikan padanan yang sama dengan bensin murni hanya campuran iso-oktan dan normal-heptan. Misalkan bensin hasil tes itu berskala 90. Ini berarti setara dengan 90% iso-oktan dan 10% normal heptane. ADITIF PENDONGKRAK OKTAN Nah, bila ternyata di lapangan dijumpai bensin beroktan lebih dari 100, berarti sudah ditambah aditif.
Misalkan Tetra Ethyl Lead (TEL) pada iso-oktan. Tiap liter iso-oktan dicampur 1 mililiter TEL. Sebenarnya super TT dan premix pun sudah diberi aditif,” tambah Anton. Namanya Methyl Tertiary Buthil Ether (MTBE) dan tak berwarna. Maksudnya, selain menambah oktan juga menghindari pencemaran udara. Pasalnya, MTBE tidak mengandung logam dan bisa memecahkan timbal. Super TT dicampur MTBE hanya 10%, sedang premix 15%. Ini karena bahan dasar super TT sudah beroktan tinggi, yaitu 95. Karena diberi MTBE ini maka oktannya melonjak. Aditif MTBE sudah digunakan sejak 1970.
PILIH BENSIN SESUAI KOMPRESI
“Pastikanlah pemakaian bensin sesuai karakter mesin,” anjur Anton. Tujuannya agar pembakaran jadi sempurna. Karena semua bahan bakar habis terbakar. Pemakaiannya jadi ekonomis dan gas buang tidak menyebabkan pencemaran. Tidak ada manfaatnya jika menggunakan bensin oktan tinggi pada mesin kompresi rendah. Selain tidak ekonomis, juga berbahaya. Artinya, bensin oktan tinggi sering mengandung timbal yang menyebabkan pencemaran udara. Bagusnya sih memilih bensin disesuaikan dengan karakter mesin. Misalkan kompresi mesin tinggi pakailah bensin oktan tinggi. Rekomendasi dari MON, misal kompresi mesin 9 : 1 pakailah bensin oktan minimal 96 (lihat tabel). Anton bilang, bila mesin kompresi tinggi diberi bensin oktan rendah malah bahaya. Bensin tidak terbakar sempurna. Ada yang terbawa ke pipa buang dan terbakar di knalpot. Bisa dideteksi dengan keluarnya bau yang tidak sedap dari moncong knalpot. Seperti bau telor gosong.
Tabel Rasio Kompresi dan Angka Oktan
Rasio kompresi Angka Oktan 5:1 72 6:1 81 7:1 87 8:1 92 9:1 96 10:1 100 11:1 104 12:1 108
Source : M+